Halaman

Selasa, 19 Disember 2006

turun naik nyer keimanan

di ciplak dari paksi.net


The lofty rank and high station eemaan possesses is not something obscure, as it is unquestionably, the most important duty as well as being the most imperative of all obligations. It is also the greatest and most glorious of them. All the good in the world and the Hereafter is dependent upon the presence of eemaan and on its soundness and integrity.Eemaan holds such a multitude of benefits, ripe fruits, delicious produce, constant food and continual goodness.


SIGNS OF WEAK IMAAN
1) Committing sins and not feeling any guilt.
2) Having a hard heart and no desire to read the Quran.
3) Feeling too lazy to do good deeds, e.g. being late for salat
4) Neglecting the Sunnah.
5) Having mood swings, for instance being upset about petty things and bothered and irritated most of the time.
6) Not feeling anything when hearing verses from the Quran, for example when Allah warns us of punishments and His promise of glad tidings.
7) Finding difficulty in remembering Allah and making dhikr.
8) Not feeling bad when things are done against the Shariah.
9) Desiring status and wealth.
10) Being mean and miserly, i.e. not wanting to part with wealth.
11) Ordering others to do good deeds when not practising them ourselves.
12) Feeling pleased when things are not progressing for others.
13) Being concerned with whether something is haram or halal only; and not avoiding makroo (not recommended) things.
14) Making fun of people who do simple good deeds, like cleaning the mosque.
15) Not feeling concerned about the situation of Muslims.
16) Not feeling the responsibility to do something to promote Islam.
17) Being unable to deal with calamities, for instance crying and yelling in funerals.
18) Liking to argue just for the sake of arguing without any proof.
19) Becoming engrossed and very involved with dunya, worldly things, i.e. feeling bad only when losing something in terms of material wealth.
20) Becoming engrossed and obsessive about ourselves.


LISTED BELOW ARE WAYS TO INCREASE OUR IMAAN
1) Recite and ponder on the meanings of the Quran. Tranquility then descends and our hearts become soft. To get optimum benefit, remind yourself that Allah is speaking to you. People are described in different categories in the Quran; think of which one you find yourself in.
2) Realize the greatness of Allah. Everything is under His control. There are signs in everything we see that points us to His greatness. Everything happens according to His permission. Allah keeps track and looks after everything, even a black ant on a black rock on a black moonless night.
3) Make an effort to gain knowledge, for at least the basic things in daily life e.g. how to make wudu properly. Know the meanings behind Allah's names and attributes. People who have taqwa are those who have knowledge.
4) Attend gatherings where Allah is remembered. In such gatherings we are surrounded by angels.
5) We have to increase our good deeds. One good deed leads to another good deed. Allah will make the way easy for someone who gives charity and also make it easy for him or her to do good deeds. Good deeds must be done continuously, not in spurts.
6) We must fear the miserable end to our lives; the remembrance of death is the destroyer of pleasures.
7) Remember the different levels of akhirah, for instance when we are put in our graves, when we are judged, whether we will be in paradise or hell.
8) Make dua, realize that we need Allah. Be humble. Don't covet material things in this life.
9) Our love for Subhana Wa Ta'Ala must be shown in actions. We must hope Allah will accept our prayers, and be in constant fear that we do wrong. At night before going to sleep, we must think about what good we did during that day.
10) Realize the effects of sins and disobedience- one's imaan is increased with good deeds and our imaan is decreased by bad deeds. Everything that happens is because Allah wanted it. When calamity befalls us- it is also from Allah. It is a direct result of our disobedience to Allah.

hmm..muahasabah diri..sama2lah kita berusaha meningkatkan keimanan kiter yer..

Ahad, 17 Disember 2006

hari-hari yang bakal terulang...

taken from paksi.net..

Hari pertama, tahajudku tetinggal. Dan aku begitu sibuk akan duniaku Hingga zuhurku, kuselesaikan saat asar mulai memanggil. Dan petangnya kulewati saja masjid yang mengumandangkan azan magrib. Dengan niat kulakukan bersama isya, itupun terlaksana setelah acara tv selesai.

Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi. Dan hal yang sama aku lakukan sebagaimana hari pertama.

Hari ke-3, aku lalai lagi akan tahujudku. Temanku memberi hadiah novel best seller yang lebih dari 200 halaman. Dalam waktu tidak sampai 1 hari aku telah selesai membacanya. Tapi, enggan sekali aku membaca Al-qur'an walau cuma 1 juzz. Al-qur'an yg 114 surah, hanya 1-2 surat yang kuhapal itupun dengan tergagap-gagap. Tapi, ketika temanku bertanya tentang novel tadi, betapa mudah dan lancarnya aku menceritakan

Hari ke-4, kembali aku lalai lagi akan tahajudku. Petangnya aku datang ke Selatan Jakarta dengan niat mengaji. Tapi kubiarkan ustazku yang sedang mengajarkan kebaikan. Kubiarkan ustazku yang sedang mengajarkan lebih luas tentang agamaku. Aku lebih suka mencari bahan bualan dengan teman yang ada disamping kiri & kananku. Padahal selesai magrib tadi betapa sulitnya aku merangkai kata-kata untuk kupanjatkan saat berdoa.

Hari ke-5, kembali aku lupa akan tahajudku. Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh saat imam sholat jum'at kelamaan bacaannya. Padahal betapa dekat jaraknya aku dengan television dan betapa serunya saat perpanjangan waktu bola sepak kegemaranku malam tadi.

Hari ke-6, aku semakin lupa akan tahajudku. Kuhabiskan waktu di mall & wayang bersama teman-temanku, demi memuaskan nafsu mata & perutku sampai puluhan ringgit tak terasa keluar. Aku lupa.. waktu di simpang empat lampu merah tadi, saat wanita tua mengetuk kaca keretaku, hanya wang dua puluh sen kuberikan, itupun tanpa menoleh.

Hari ke-7, bukan hanya tahajudku tapi subuhku pun tertinggal. Aku bermalas-malasan ditempat tidurku menghabiskan waktu.

Selang beberapa saat di hari ke-7 itu juga, aku tersentak terkejut mendengar kabar temanku kini telah terbungkus kain kafan, padahal baru tadi malam aku bersamanya & tengah malam tadi dia dengan misscallnya mengingat aku ttg tahajud.

Kematian.. kenapa aku baru gemetar mendengarnya ?Padahal dari dulu sayap2nya selalu mengelilingiku dan dia boleh hinggap bila masa pun dia mahu..Seperempat abad lebih aku lalai ?

Dari hari ke hari, bulan dan tahun..Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunah..Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta..Berkata kuno akan nasihat ke-2 orang tuaku..Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur menitis demi aku..

Rabb.. andai ini merupakan satu titik hidayah..Walaupun imanku belum seujung kuku hitam..Aku hanya ingin detik ini hingga akhir sisa nafasku..Tahajud dan solatku meninggalkan bekas saat aku melipat sejadahku?..
Aamiin.. Yaa Rabbal alamin...

ya Allah, ko jauhkanlah aku dari hari2 yang ternyata di atas ini, hindarilah aku dari sifat malas dan lalai ya Allah. Izinkanla hari2 ku yang mendatang lebih baik dari hari ini. izinkanlah aku utk terus mengimarahkan sisa2 usiaku untuk terus beribadah kepadamu Ya Allah.. berilah kekuatan kepadaku.amin

persahabatan..

again, diciplak dari paksi.net..i took this cerpen bcoz, it tells us of the right way for us to solve problems regarding friendship. kite semua hidup berkawan n once in a while, kiter pasti lalui masalah yang seperti ini kan..dan slalunyer, kita jadi buntu dan hilang arah,,just like how i use to be.. enjoy reading..

Aku mengetuk pintu bilik Shira berkali-kali. Rasanya seperti mahu terlucut saja tangan-tanganku. Namun, tiada sebarang tindak balas selama lima minit aku di hadapan pintu biliknya. Kemarahanku semakin memuncak apabila aku terdengar bunyi radio dipasangkan dari dalam biliknya. “ Apa yang tak kena dengan si Shira ni?” Bisik hati kecilku. Melampau-lampau pula perangai dia sejak kebelakangan ini. Sudahlah tak bertegur sapa dengan orang, malah buat hal sendiri-sendiri. Apa guna nama sahabat satu halaqah, apa guna duduk satu rumah kalau nak buat sendiri-sendiri”,rungut hatiku lagi. Marahku sukar dibendung lagi. Aku mengetuk pintu Shira sekali lagi. Kali ini lebih kuat. Tapi masih belum mendapat jawapan daripada Shira. Suara radio semakin dikuatkan.
“ Shira…petang ni ada halaqah la. Aku nak tanya kau ni, kau nak pergi ke tak?” jeritku sambil mengetuk biliknya lagi.
“ Aku tak sihatlah. Aku tak pergi.”, akhirnya dia bersuara.
Aku menarik nafas panjang mendengar jawapan Shira. Kali ini sudah masuk tiga kali Shira ponteng halaqah. Akupun sudah pening memikirkan apa masalah sebenar yang berlaku ke atas diri Shira ni. Aku cuba untuk menyelami permasalahannya, tetapi dia seolah-olah tidak mahu berkongsi masalahnya denganku. Kadang-kadang aku terfikir “ Adakah aku ni masih belum mencapai kedudukan sebagai seorang sahabat yang benar-benar memahami sahabatnya, ataupun Shira memang tidak suka masalahnya diketahui ramai. Tapi sudah lupakah apa yang dia belajar dalam halaqah. Sahabat itu adalah cermin bagi sahabatnya. Setiap masalah perlu dikongsi dan diselesaikan bersama. Mungkinkah Shira kurang percaya dengan kami. Sahabat-sahabat satu halaqahnya. Lupakah juga bahawa sebarang cerita yang diceritakan dalam halaqah tidak boleh sama sekali dikeluarkan. Sudah lupakah Shira dengan semua itu. Tiba-tiba saja hatiku menjadi sebak. Rasa bersalah tiba-tiba muncul dalam diri. Mungkin juga aku yang bersalah kerana terlalu berkeras dengannya. Ah…setiap manusia ada kelemahannya. Tapi…halaqah itu sebenarnya akan mengajar kita memperbaiki segala kesilapan yang telah kita lakukan.
Jalisa dan Naemah ketawa terbahak-bahak mendengar cerita lucu Zakiah. Aku sekadar memerhatikan mereka sahaja tanpa sepatah kata. Akhirnya mereka berpaling ke arahku dan masing-masing memandang pelik melihat keadaanku hari ini. Kebiasaannya aku yang lebih riuh ketika bertemu. Tapi kali ini lain dari yang lain. Naemah menghampiriku lalu memegang tanganku perlahan-lahan.
“ Kenapa ni Abidah? Lain je aku tengok kau hari ni?”, Tanya Naemah lalu menggosok-gosok tanganku.
“ Ya la…Biasanya kau riuh dari kami, tapi hari ni kau diam seribu bahasa, kenapa wahai adindaku Abidah? Apakah yang telah membuatkan tuan hamba bermuram durja. Cuba khabarkan kepada beta, manalah tahu beta dapat menyelesaikannya”, Jalisa membuat lawak.
“ Apalah kau ni Lisa….Orang tengah sedih-sedih, kau boleh buat drama purba pula kat sini. Cuba kita salami apa masalah yang berlaku pada Abidah ni”, tegur Zakiah.
“ Aku lawakpun tak boleh. Ok…Ok”, balas Jalisa.Mereka semua memerhatikanku penuh erti. Kali ini lebih serius.
“ Sahabat-sahabat…Aku sedih memikirkan Shira. Hari ni aku ajak dia datang halaqah, dia tak nak datang. Dia kata dia tak sihat. Berkurung saja dalam bilik. Dah seminggu tak pergi kerja. Akupun tak tahu apa yang berlaku sebenarnya pada dia. Langsung tak nak cakap dengan aku. Jumpa je atau bertembung je dengan aku terus lari masuk bilik. Sakit hati aku. Seolah-olah aku ni bersalah dengan dia. Aku cuba cari kesalahan aku, tapi aku tak tahu kat mana silapnya. Macam mana nak hidup kalau duduk serumahpun tak nak bertegur sapa”, luahku sambil menitiskan air mata.
“ Tak pa….Kejap lagi masa halaqah bermula, kau cerita musykilah ni pada Kak Laila. Mungkin dia ada cara yang terbaik untuk kita selesaikan masalah ni.Banyakkan sabar ye Abidah. Akupun berkali-kali sms dia tanya khabar, tapi satu smspun dia tak balas”, pujuk Naemah.
Aku sekadar mengangguk.Terubat seketika kepeningan dan kegelisahan hatiku ketika bersama-sama sahabat-sahabat. Tidak dapat aku ceritakan betapa eratnya ikatan hati kami sehingga setiap masalah dikongsi dan diselesaikan bersama-sama. Kadang-kadang aku tidak sabar menanti setiap minggu pertemuan kami bersama. Tapi entahlah, kenapa Shira sukar meletakkan sepenuh hatinya dalam ikatan hati kami? Mungkin juga salah kami kerana sukar memahami tentang dirinya. Aku merenung kembali.
“ Ada apa-apa musykilah Abidah?” Tanya Kak Laila dengan sebuah senyuman, walaupun matanya nampak seperti keletihan. Namun, aku tahu istilah letih dalam diri Kak Laila terlalu jauh kalau dia mahu ungkitkan.
“ Saya tension akak.Saya tension dengan sikap Shira. Saya tak tahu apa salah saya sehinggakan muka saya ni sikitpun dia tak nak pandang. Macam mana saya nak hidup serumah dengan dia kalau berterusan macam ni. Sedih akak”, luah hatiku sambil menangis.
“ Sabar…Ini ujian sikit saja.Inilah ujian persahabatan yang perlu Abidah lalui. Sahabat-sahabat lain juga perlu peka dengan masalah ini dan minta sama-sama Bantu membantu antara satu sama lain. Shira ada masalah yang terlalu besar. Bukan masalahnya Abidah salah atau tidak dengan dia, tapi buat masa sekarang dia malu untuk berhadapan dengan sahabat-sahabat. Itu katanya. Kita doakan dia mudah-mudahan suatu hari hatinya akan menjadi lembut dan kembali bersama-sama dengan kita”, pujuk Kak Laila.
“ Tapi akak…masalahnya sekarang saya tinggal dengan dia. Macam mana saya nak tenang akak kalau dia macam tu”, rungutku lagi.
“ Abidah kena kuatkan semangat. Beri sedikit ruang pada dia untuk dia mencari dirinya sendiri. Buat masa ni, Abidah biarkan dia dahulu. Biar akak sahaja yang berhubung dengannya. Kita perlu beri masa padanya. Tapi ingat…hari ini Allah uji Shira…suatu hari mana tahu…Manusia ni lemah. Kadang-kadang kita diuji dengan titik kelemahan yang menyebabkan kita hampir rebah di medan dakwah ni. Sebab itu….kalau kita terus membiarkan titik kelemahan kita dikuasai oleh syaitan, sudah pasti kita akan terus jauh dari Allah. Ingatlah adik-adik…Allah itu maha pengasih dan maha penyayang, setiap ujian yang diberikan kepada kita sebenarnya adalah suatu tingkatan yang akan Allah berikan kepada kita untuk terus bersemangat dan tsabat di jalanNya. Hanya orang yang beruntung sahaja akan dipilih oleh Allah. Syurga Allah itu terlalu mahal adik-adik….Jadi, sabar itu penting….kerana orang-orang yang sabar sahaja mampu terus memegang amanah Allah ini. Amanah yang terlalu berat dan terlalu sukar”,nasihat Kak Laila yang membuatkan aku kembali semangat.
Aku berfikir seketika. Mungkin ini ujian yang Allah berikan pada Shira. Aku perlu bersemangat dan kuat untuk berhadapan dengan semua masalah ini. Mungkin ini hanya cebisan jika hendak dibandingkan dengan ujian yang pernah dihadapi oleh sahabat-sahabat dahulu.
“ Apapun yang penting kita doakan Shira”, kata Kak Laila sebelum mengakhiri pertemuan kami.
Aku pulang malam ini dengan suatu keazaman yang kuat. Aku tidak mahu terus mengalah dengan semua ini. Yang pasti doa untuk Shira itu ada. Aku rindukan gelak ketawa Shira yang dulu. Aku rindukan kemesraan yang dulu. Mungkin benar kata Kak Laila, berikan sedikit ruang untuk Shira mencari dirinya yang sebenar.
Aku mula hanyut dalam solat malamku. Bunyi unggas dan salakan anjing jelas kedengaran di telingaku.
“ Ya Allah…disepertiga malam ini aku sujud memohon keampunan daripadaMu. Ampunkanlah segala dosa-dosaku, dosa kedua ibu bapaku, adik beradikku, sahabat-sahabatku dan juga mukmin dan mukminah yang sentiasa sujud kepadaMu. Kau berilah petunjuk buat Shira. Kau tabahkan hatinya dalam menempuh ujianMu. Kembalilah dia kepada kami ya Allah, sesungguhnya aku rindu kasih sayangnya seperti dahulu. Sesungguhnya Kaulah Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kau terimalah doaku ini”, ucapku dengan penuh linangan air mata. Selesai sahaja solat malamku, aku mencapai al Quran dan membaca serta mentadaburinya. Sungguh tenang dan lapang hatiku ketika ini. Suatu nikmat yang sukar digambarkan. Ya Allah….Kau bimbinglah aku, Kau didiklah aku. Jangan kau berpaling dariku walau sedikitpun kerana aku takut akan kemurkaanMu.
Pagi ini aku bangun dengan penuh ceria. Seolah-olah aku berasa duniaku hari ini penuh kegembiraan, penuh kebahagiaan. Ya Allah…inilah anugerah yang cukup bermakna buatku. Sesekali aku memandang bilik Shira. Ke mana dia hari ni. Sunyi sepi. Biasanya terdengar juga bunyi radio dari dalam biliknya. Moga dia selamat walau di mana dia berada.
SEMINGGU KEMUDIAN
Aku pulang dari kerja dalam keadaan yang agak letih. Banyak kerja yang aku siapkan hari. Rasanya seperti mahu sahaja merebahkan badan, tetapi bila memikirkan waktu maghrib semakin hampir, aku terus ke bilik. Aku mengeliat seketika di hujung katil lalu berjalan ke bilik air. Selesai sahaja mandi aku terus mencapai telekung. Aku terus hanyut dalam solatku. Tiba-tiba…pintuku diketuk. Aku terkejut dan terus bangun. Perlahan-lahan aku membuka pintu. Shira…????!!!
Shira terus meluru memelukku.
“ Abidah….Maafkan aku…Maafkan aku….Aku tahu aku salah. Tapi aku…”,tangis Shira dan memelukku lebih erat.
“ Sabar Shira. Cuba cerita satu persatu”, kataku sambil menepuk-nepuk bahunya.
“ Saya malu Abidah…..Saya malu….Saya banyak buat dosa pada awak. Saya banyak buat dosa pada sahabat-sahabat, pada Kak Laila. Maafkan saya…Saya tahu sahabat-sahabat semua risaukan saya. Saya tak tenang sebenarnya, saya sedih bila saya buat macam ni pada sahabat-sahabat. Saya lupa mereka semua sayangkan saya. Saya ikutkan perasaan, saya ikutkan hati”,tangis Shira.
“ Alhamdulillah….baguslah kalau macam tu. Biasalah Shira. Manusia semuanya melakukan kesilapan. Ini tandanya Allah sayangkan Shira. Sebab tu dia berikan kesedaran pada Shira”, kataku lagi.
Shira tersenyum dengan linangan air mata. Aku yakin, jika ikatan hati itu kuat dan berlandaskan Allah SWT, biarlah ujian yang berat melanda sekalipun, sudah pasti hati itu akan bertemu kembali. Yakinlah, ikatan hati kerana Allah pasti melahirkan ramai manusia yang kasih mengasihi dan cinta mencintai kerana Allah…bukan kerana lain.
so, hopefully dapat dijadikan renungan dan iktibar buat diri saya sendiri dan utk sesiapa shj yang membaca nih.. jagalah ukhuwah dan ikatan hati sesama rakan2 kita, dan orang2 tersayang..moga mendapat keredhaan dan keberkaan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. insya-allah

the prince of my heart

hmm..this post is diciplak bulat2 from one of the tulisan creatif kat paksi.net.. i', sorry kepada penulis asal kerana menciplak..nampaknyer, we share the same dreams..

Lelaki Idaman Saya
Lelaki idaman saya adalah seorang lelaki yang beriman
Yang hatinya disalut rasa takwa kepada Allah
Yang jiwanya penuh penghayatan terhadap Islam
Yang sentiasa haus dengan ilmu
Yang sentiasa dahaga akan pahala
Yang solatnya adalah maruah dirinya
Yang tidak pernah takut untuk berkata benar
Yang tidak pernah gentar untuk melawan nafsu
Yang sentiasa bersama kumpulan orang orang yang berjuang di jalan Allah
Lelaki idaman saya adalah lelaki yang menjaga tuturkatanya
Yang tidak pernah bermegah dengan ilmu yang dimilikinya
Yang tidak pernah bermegah dengan harta dunia yang dicarinya
Yang sentiasa berbuat kebajikan kerana sifatnya yang penyayang
Yang mempunyai ramai kawan dan tidak mempunyai musuh yang bersifat jembalang
Lelaki idaman saya adalah lelaki yang menghormati ibunya
Yang sentiasa berbakti kepada kedua orang tua dan keluarga
Yang bakal menjaga kerukunan rumahtangga
Yang akan mendidik isteri dan anak anak mendalami Islam
Yang mengamalkan hidup penuh kesederhanaan
Kerana dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat
Lelaki idaman saya sentiasa bersedia menjadi imam
Yang hidup di bawah naungan Al Quran dan mencontohi sifat Rasulullah
Yang boleh diajak berbincang dan berbicara
Yang menjaga matanya dari berbelanja
Yang sujudnya penuh kesyukuran dengan rahmat Allah ke atasnya
Lelaki idaman saya tidak pernah membazirkan masa
Matanya kepenatan kerana penat membaca
Suaranya lesu kerana penat mengaji dan berzikir
Tidurnya lena dengan cahaya keimanan
Bangunnya subuh penuh kecergasan
Kerana sehari lagi usianya bertambah penuh kematangan
Lelaki idaman saya sentiasa mengingati mati
Yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat
Yang mana buah kehidupan itu perlu dibaja dan dijaga
Agar berputik tunas yang bakal menjadi baka yang baik
Meneruskan perjuangan Islam sebelum hari kemudian
Lelaki idaman saya adalah lelaki yang tidak terpesona dengan buaian dunia
Kerana dia mengimpikan Syurga
Di situlah rumah idamannya
Dan dia ingin membawa saya bersama….
Dialah…..Lelaki Idaman Saya…
Ya Allah, kau izinkanlah jodohku yang telah kau tentukan untukku kaya dengan ciri2 yang tersebut di atas ini, jodohkan lah ku dengan seorang suami yang soleh..amin..

Sabtu, 2 Disember 2006

Abid dan tuannya

ini diciplak bulat-bulat dari one of the post kat paksi.net..


Suatu ketika Abid dan Tuannya sedang berada di atas perahu. Saat itu Abid diperintahkan Tuannya untuk segera mengambil mutiara-mutiara yang ada di lautan di bawah perahu itu. Mendengar perintah tersebut, Abid segera mengenakan pakaian menyelam, lengkap dengan tabung udara untuk bernafas di dalam laut. Lalu ia melompat ke laut, dan byuur... perlahan-lahan ia menyelam.

Ia sampai di kedalaman pertama... Perlahan-lahan lalu sampai pada kedalaman kedua, ketiga, keempat, hingga akhirnya sampai ke dasar lautan. Sampai di dasar laut, sungguh takjub si Abid melihat pemandangan di sana. Belum pernah ia melihat pemandangan yang indah seperti ini. Ada binatang menyala-nyala, tumbuhan yang unik, ikan yang berwarna-warni, dan lain-lain. Betul-betul pemandangan yang luar biasa. Semuanya semakin membuat Abid tertarik untuk melihat-lihat, sampai ia lupa sama sekali akan perintah Tuannya untuk mengumpulkan mutiara.

Setelah sekian lama Abid menikmati suasana dasar lautan, akhirnya ia teringat bahawa udara yang ada di tabung udaranya tinggal sedikit dan belum satu pun mutiara yang ia kumpulkan.Abid panik. Ia segera membuka satu per satu cengkerang yang berisi mutiara. Gerakannya begitu tergesa-gesa, ia harus mengejar waktu agar tidak kehabisan udara. Tersangat paniknya, ia mengumpulkan mutiara-mutiara itu dalam genggaman dan mulutnya. Akhirnya, kerana sisa udara dalam tabung hampir habis, ia segera naik ke permukaan dengan tergesa-gesa.

Tapi kerana tergesa-gesa, semua mutiara itu jatuh dari genggamannya, dan yang ada di mulutnya pun terlepas semua. Si Abid naik ke perahu dengan tangan kosong tanpa membawa mutiara satu pun. Akhirnya Abid pun dimarahi habis-habisan oleh Tuannya.

***Teman, keindahan dunia kadang kala membuat kita lupa akan tugas kita di dunia sebagai hamba Allah. Dan kita tidak tahu bila nafas kita akan habis. Jangan sampai kita baru ingat tentang bertaubat dan beribadah kepada Allah, ketika nafas kita sudah dihujung tanduk (menjelang hembusan nafas terakhir). Bersegeralah untuk bertaubat dan beribadah sekarang juga...

hmm..adakah kiter di kalangan mereka yang terleka??.. muhasabah diri..